Solo yang (Kembali) Kunanti
Kemarin hari Sabtu,
1 Juni 2013 pukul 22.30 WIB merupakan hari dimana saya, Izzur, dan Bagas
berangkat menuju Kota Solo (dulunya dikenal dengan Surakarta) dengan menyewa
mobil beserta supirnya. Perjalanan kami tempuh selama enam jam. Pada esok harinya (Ahad, 2 Juni 2013) pukul 04.30 WIB, kami memutuskan untuk berhenti sejenak di
salah satu pom bensin di Kota Solo untuk menunaikan sholat shubuh berjamaah. Kenpa
kok tidak ke masjid saja? Jujur kami
kesulitan mencari masjid yang buka pada pagi hari, entah kenapa akhirnya kami memutuskan untuk sholat di mushola pom
bensin.
Sedikit
cerita mengenai Kota Solo, untuk kali ketiga saya mengunjungi kota ini. Pertama
saat selesai kunjungan studi banding Eksekutif Mahasiswa (EM) UB tahun 2011
silam untuk mampir di Kota Solo. Kedua saat
mengikuti lomba karya tulis tingkat nasional di Universitas Negeri Sebelas
Maret pada tahun 2012, alhamdulillah bisa
membawa trofi kemenangan. Serta tujuan kami kali ini adalah hunting kain batik, istilah jawanya kami
kulaan kain batik di sini untuk dibuat menjadi baju batik dan dijual, karena kami sedang proses berwirausaha batik, kali ini Izzur sebagai
bos saya. Setelah aku pikir-pikir, 3 tahun berturut-turut saya mengunjungi kota
ini, yaitu 2011, 2012 dan 2013.
Solo menurutku
kota yang masih melestarikan budaya jawa, termasuk huruf aksara jawa yang kental menghiasi papan nama hampir di setiap toko.
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Pasar Klewer, namun ternyata masih tutup, karena kami sampai pada pukul 6 pagi, sedangkan klewer baru buka pukul 9 pagi. Berhubung masih tutup, kami memutuskan untuk jalan-jalan dahulu mengelilingi sekitar pusat kota Solo.
Puas kami jalan-jalan untuk berkeliling, kami bergegas kembali ke Pasar Klewer. Ternyata masih banyak yang belum buka. Kami pun mampir di warung depan pasar klewer, hanya sekadar minum. Kami pun segera mengatur strategi saat akan membeli nanti. Diantaranya warna yang akan dipilih, harga-harga yang ditawar. Kami sudahi mampir di warung, segera kami menuju pasar klewer kembali.
Baru pertama
saya mengunjungi pasar ini. Ada tiga lantai yang mayoritas diisi oleh pedagang batik.
Kami berkeliling untuk mencari kain batik. Ah,
ada baju koko yang sayang untuk dilewatkan karena bagus banget, kami pun tergoda untuk melihatnya. Sempat bercanda dengan
Ibu pedagang ini yang tergolong masih muda.
“Asli mana mas?” tanya ibu.
“Malang, Bu,”
jawab kami.
“Kok datang jauh-jauh ke sini?”
“Kan untuk
menemui ibu, beli baju ini,”
“Ah ada-ada saja,” ibu sambil tersipu.
Sempat
terjadi tawar menawar untuk membeli baju ini.
“Ayolah Bu, dikorting dikit ya? Kami jauh-jauh ke sini hanya
untuk menemui Ibu beli baju ini,” gombal si Bagas.
“Iya itu
sudah saya korting, Mas,” jawab ibu.
Akhirnya kami
bertiga memutuskan untuk membeli baju koko yang terbilang hampir mirip, tapi
beda warna. Namun melihat dompet saya yang ‘tipis’, akhirnya saya pinjam uang
Izzur untuk membeli baju ini. Lumayan, menambah baju muslim saya. Setelah puas
kami membeli baju koko ini, kami sempat lupa kalau tujuan kami adalah membeli
kain batik, karena kami begitu terpesona melihat baju-baju yang dijual di pasar
ini, bagus banget sih. Selanjutnya
kami kembali mengelilingi pasar ini. Sampailah kami melirik toko sampingnya,
ternyata jual kain batik yang kebetulan penjualnya juga ibu-ibu. Sempat terjadi
tawar menawar.
“Berapa kain ini, Bu?”
“40 ribu mas,”
jawab ibu.
“Nggak boleh kurang, Bu?”
“Emang Masnya
mau beli berapa potong kain?” tanya Ibu.
“Tiga, Bu.”
“Iya deh, 37 ribu ya.”
Kami pun segera
memilih motif kain yang sekiranya sangat cocok bila dipadukan. Di toko ini kami
lebih memilih warna dominan coklat dan merah.
Ternyata sudah hampir dua jam kami berkeliling di pasar ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB, kami bergegas menuju Masjid Ageng Surakarta, tidak jauh dari Pasar Klewer untuk menunaikan sholat dzuhur berjamaah. Sesmpai di masjid, ternyata belum terdengar adzan, kami pun istirahat sejenak. Masjid ini sangat besar, maklum namanya saja masjid agung. Jadi ingat film Sang Pencerah kalau lagi di masjid ini. Perjuangan K.H.Ahmad Dahlan yang gigih dalam memberantas bentuk kesyirikan.
Adzan pun
berkumandang, kami bergegas untuk mengambil air wudhu. Baju koko yang saya beli
tadi langsung saya pakai untuk sholat.
Usai sholat,
kami sempat berdiskusi sejenak, mengatur strategi untuk mengunjungi tempat
kedua, yaitu Benteng, tak jauh dari Pasar Klewer. Tujuan kami adalah membeli
kain dan kaos polosan, serta motif batik. Namun saya sempat berfoto sejenak di
depan masjid ini.
![]() |
Saya Berfoto di depan Masjid Ageng Surakarta |
![]() |
Izzur dan Bagas juga ikut foto |
Kami segera
memilih toko yang menyediakan kain polos dengan harga terjangkau. Berbagai warna
kami beli, mulai dari merah bergaris, hitam, dan motif-motif kain batik dengan
warna dominan biru. Tak terasa bawaan barang kami sudah sangat berat. Kami pun
mampir di toko yang menjual aneka jilbab dan mukena.
“Wah, sepertinya ibuku cocok untuk pakai mukenah ini,” ujarku dalam hati.
Saya segera melihat-lihat mukena yang sekiranya cocok untuk dipakai ibu saya. Setelah melihat-lihat, akhirnya saya membeli mukenah dengan warna putih bermotif warna kuning emas ini.
Lelah kami hunting seharian, kami pun memutuskan
untuk kembali ke mobil untuk meletakkan barang bawaan kami, setelah itu kami
menunaikan sholat ashar berjamaah di masjid agung. Setelah sholat, kami memutuskan
untuk menyudahi ekspedisi hari ini. Kami pun segera melakukan perjalanan
kembali ke Kota Malang, namun mampir dulu ke Kota Surabaya untuk mengantar
Bagas pulang.
Sampailah di
Kota Surabaya pada pukul 23.45 WIB tepat. Ternyata ada ibunya Bagas yang
menyambut kedatangan kami. Rumahnya ada di area dekat bandara Juanda, karena
pesawat yang melintas tidak terlalu jauh dari permukaan darat.
Kami pun
diajak makan, sesekali melihat TV. Pukul 00.30 WIB dini hari (3/6), kami
memutuskan untuk kembali ke Kota Malang tanpa ditemani Bagas. Perjalanan
menempuh lebih kurang dua jam. Sampailah di Kota Malang pada pukul 02.30. Saya
dengan Izzur segera menurunkan barang bawaan kami yang telah kami beli di Solo.
Setelah itu saya pun segera kembali menuju kontrakan yang tidak jauh dari
kontrakan Izzur.
Inilah cerita
saya dalam mengarungi Kota Solo untuk kali ketiga. Kenangan Solo memang takkan
pernah saya lupakan. Sekian.
MediaIklan

Ingin iklan Anda masuk di website ini? Silakan klik di sini
0 komentar:
Posting Komentar
Saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari Anda. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.